Senin, 17 November 2008

Dunia dalam REG spasi bla...bla

Anda termasuk orang yang suka menonton TV pasti sudah paham apa yang menajdi tulisan saya kali ini. Ya benar, akhir-akhir ini layar kaca TV kita banyak dihiasi iklan-iklan layanan HP yang menawarkan banyak sekali jenis jasa yang ditawarkan dan semuanya itu bisa didapat hanya dengan mengetik sms “REG bla…bla..bla” dan mengirimnya ke nomor tertentu yang telah disedaikan provider layanan tersebut.

Sebenarnya fenomena yang marak dalam beberapa bulan ini sangat terkait dengan beberapa hal. Yang pertama dan sangat jelas adalah karena handphone,a.k.a HP, ponsel, atau telepon genggam sudah banyak dimiliki oleh hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Bahkan kini telah banyak dimiliki oleh warga yang tinggal di daerah terpencil sekalipun meskipun di daerah tersebut hanya bisa dijangkau oleh sinyal salah saut operator saja dari 11 operator yang resmi beroperasi di Indonesia. Hal tersebut saya jumpai dan saya alami sendiri ketika saya menjalani masa KKN selama kurang lebih 1,5 bulan di suatu daerah (maaf, saya tidak bisa mneyebutkannya). Banyak teamn-teman yang terpaksa harus menganti sim cardnya karean sim card yang biasa diapkainya tidak mendapat sinyal di daerah itu. Beruntung sim card saya masih dapat sinyal walaupun hanya satu dua saja.

Hal kedua yang erat kaitannya dengan maraknya iklan REG spasi adalah karena kebutuhan warga Indonesia akan jawaban dari masalah-maslah hidup seperti masalah cinta, karir, jodoh bahkan sampai kebutuhan akan hiburan seperti musik, game, gambar dan lain-lain. Satu hal yang sangat menarik adalah salah satu iklan yang menampilkan seorang “orang pintar” yang bergelar S2 dengan beberapa layanan sekaligus. Sungguh hal yang menarik.

Hal yang ketiga yang saya cermati dari fenomena bisnis REG spasi adalah lagi-lagi demi bisnis semata-mata. Bayangkan bila satu sms yang diterima oleh pelanggan tarifnya 2000 rupiah dengan frekuensi sms 2 kali sehari dan sebuah provider memiliki 100 pelanggan saja, berapa keunutngan yang diraup. Meskipun masih haru sdipotong pajak dan biaya berlangganan ke operator seluler, tetap saja sang provider masih bisa meraup untung yang cukup banyak.

Tidak ada komentar: